• sales@alatuji.com

     

  • 021 8690 6777
    021 8690 6770
  • 0812 9595 7914 (Mr. Parmin)
    0813 1066 1358 (Ms. Eki)
    0812 8333 5497 (Mr. Muslim)
  • 0812 1248 2471 (Mr. Alfin)
    0819 4401 4959 (Mr. Arya)

Penyebab Terjadinya Dinding Bangunan Retak

Jum'at, 29 Maret 2024

Dinding bangunan yang retak adalah pertanda jika kondisinya sudah mulai labil atau rapuh sehingga harus dilakukan pengamatan secara berkala. Keretakan pada dinding memiliki bentuk yang beragam, ada yang bentuknya vertical, retak menyimpang, retak halus dan lainnya.

 

Walaupun tidak semua bentuk retak berbahaya tetap harus diwaspadai untuk menghindari potensi timbulnya keretakan yang lebih besar lagi. Bahkan tidak menutup kemungkinan jika keretakan tersebut dapat mengakibatkan bangunan roboh.

 

Ada 2 jenis retak yaitu retak structural dan retak non-struktural.

 

Retak Struktural

 

 

Jika dilihat dari resikonya, retak struktural merupakan jenis retak yang dapat membahayakan kestabilan suatu bangunan. Bentuk khas keretakannya yaitu lebar retak melebihi 2 mm dan bentuknya terlihat jelas serta memberikan jarak setiap sisi dinding.

 

Beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya retak struktural :

 

Pergeseran Tanah

Biasanya karena adanya penurunan pondasi yang disebabkan oleh gempa, banjir, longsor dan bencana alam lainnya.

 

Kesalahan Pondasi

Penyebab lainnya yaitu karena terjadinya kesalahan dalam mengukur dan menganalisa beban yang diterima oleh pondasi. Penyebab lainnya, karena salah dalam menentukan pondasi yang digunakan pada proses pembangunan.

 

Gagal Struktur

Kondisi ini disebabkan pengerjaan struktur yang tidak sesuai dengan perhitungan dan standart yang telah ditetapkan.

 

Untuk memperbaiki retak struktural ini membutuhkan biaya yang cukup besar karena bangunan harus direkonstruksi dan harus dipastikan kembali kestabilan struktur bangunan agar kondisi bangunan tetap stabil ketika terjadi pergerakan dan pergesaran tanah.

 

Retak struktural terbagi menjadi 2 macam :

 

Retak Tarik

Sebab utama retak ini yaitu karena terjadi penurunan permukaan tanah yang bisa terjadi pada berbagai jenis bangunan. Kondisi bangunan tetap aman jika penurunannya terjadi secara bersamaan, namun akan sangat berbahaya jika penurunannya tidak bersamaan.

 

Penurunan yang tidak bersamaan menyebabkan perubahan elevasi pada bangunan sehingga menimbulkan keretakan pada dinding . Untuk mengatasi masalah tersebut maka harus dilakukan pemadatan tanah serta menentukan jenis pondasi yang sesuai dengan karakteristik tanah di masing-masing wilayah.

 

Retak Tekan

Jenis retak ini disebabkan karena adanya tekanan berlebih dari atas dan bawah dinding secara bersamaan sehingga menimbulkan retakan. Umumnya, hal ini disebabkan oleh kolom bangunan yang tidak menjalankan fungsinya sehingga beban yang diterima langsung didistribusikan ke dinding hingga akhirnya menimbulkan keretakan.

 

Retakan Non Struktural

 

 

Walaupun jenis retakan ini tidak terlalu membahayakan tapi dapat mengurangi nilai keindahan pada sebuah bangunan. Berikut ini beberapa penyebab timbulnya retak non struktural :

 

Map Cracking

Retakan ini disebabkan penggunaan semen yang berlebih sehingga tidak merata dan plesteran cepat mengering sehingga menimbulkan retakan. Penyebab lainnya adalah acian yang masih sangat tipis dan masih belum kering kemudian dilapisi acian kembali sehingga menimbulkan pola retakan berbentuk peta (map).

 

Crazing

Ciri-ciri retak jenis Crazing yaitu berbentuk halus dan hexagonal memanjang serta dangkal. Cara menangani retakan ini sebenarnya sangat mudah, cukup dengan mengorek permukaan retakan kemudian didempul sampai permukaan yang retak tertutup kembali.

 

Retak Susut

Retak ini disebabkan oleh kualitas pasir yang kurang baik dan juga plesteran yang tebal. Bukan itu saja, kondisi perubahan plesteran ketika pencampuran dengan pasir dan air juga menjadi salah satu penyebab terjadinya retak susut. Biasanya retak ini ditemukan di sudut jendela ataupun sudut pintu.

 

Cara termudah untuk menghindari retak susut yaitu dengan melakukan penyiraman dinding bata sebelum dilakukan proses plesteran, selain itu pilih material dan komposisi yang sesuai dengan campuran yang digunakan.

 

Semua jenis keretakan diatas bisa terjadi di berbagai bangunan, jika keretakan sudah terlihat mengkhawatirkan maka sangat disarankan untuk melakukan audit struktur bangunan.

 

Untuk dapat mendeteksi seberapa dalam keretakan pada dinding dapat menggunakan Crack Depth. Crack depth adalah alatuji untuk mengukur seberapa dalam keretakan pada sebuah beton, tembok ataupun aspal. Crack depth bekerja dengan menggunakan sensor ultrasonik dan termasuk pengujian non destructive test yakni pengujian tanpa merusak material.




Produk Terkait dengan artikel Penyebab Terjadinya Dinding Bangunan Retak


 


NEWSLETTER

 

TESTIMONIALS

B2TKS

B2TKS
Sangat jarang perusahaan seperti ini di Indonesia!  Mereka terus-menerus mengikuti perkembangan inovasi engineering test & measurement, “nyambung” berdiskusi teknis dan berpengalaman, memiliki visi pengembangan teknologi pengukuran, pengujian, inspeksi dan monitoring.(Dr.-Ing. Ir. May Isnan - NDT Specialist B2TKS-BPPT)

Chevron

Chevron
Tim kerja Alat Uji dapat diandalkan. Sangat bagus dalam implementasi di lapangan. Secara umum kami puas dengan services nya!(Andre - HSE Chevron)

BPPT

BPPT
Saya baru sekali ini bertemu perusahaan engineering yang eksis seperti ini di Indonesia.  Sangat terbantu dengan solusi yang diberikan, sangat memuaskan!(Muksin Saleh, ST., MT - Fuel Conversion and Pollution Control Specialist, B2TE - BPPT)

BALITBANG

BALITBANG
Sistem monitoring yang disuplai oleh Alat Uji adalah yang tertinggi ratingnya sampai dengan saat ini dibandingkan sistem lain yang pernah kami miliki, Dengan sistem monitoring dari Alat Uji, Pengujian kami jadi lebih terkontrol karena ada visualisasi di sistemnya. (Gatot Sukmara - Badan Penelitian dan Pengembangan, Departemen Pekerjaan Umum)

 
Alat Uji Alat Uji Alat Uji Alat Uji Alat Uji Alat Uji