• sales@alatuji.com

     

  • 021 8690 6777
    021 8690 6770
  • 0812 9595 7914 (Mr. Parmin)
    0813 1066 1358 (Ms. Eki)
    0812 8333 5497 (Mr. Muslim)
  • 0812 1248 2471 (Mr. Alfin)
    0819 4401 4959 (Mr. Arya)

Apa Itu New Normal? Apakah Indonesia Siap?

Rabu, 24 April 2024

Apakah New Normal itu? New Normal adalah perubahan prilaku untuk menjalankan aktivitas secara normal. Akan tetapi, kita dipaksa menerapkan seolah-olah aktivitas dengan normal dan berdampingan dengan virus Covid-19 serta menerapkan protokol kesehatan ketat demi mencegah penyebaran virus Covid-19 atau Corona virus.

 

Tujuan dari program New Normal ini adalah untuk menyesuaikan dengan pola hidup serta mengembalikan ekonomi yang sedang kacau bagi setiap daerah yang terkena wabah Covid-19 ini. Lalu sampai kapan program New Normal ini di terapkan? Program ini di terapkan hingga ditemukannya vaksin Covid-19, dan menurut para ahli dan pakar kesehatan dunia, vaksin Corona atau Covid-19 ini tersedia pada tahun 2021 mendatang.

 

Beberap negara sudah mempersiapkan dan ada yang sudah menerapkan program New Normal seperti Jerman, Selandia Baru dan Vietnam. Diketahui bahwa Indonesia sendiri baru mau melakukan program New Normal yang dimana kita harus hidup berdampingan dengan Virus Covid-19 atau Corona. Presiden Indonesia Joko Widodo Mengatakan bahwa “Kita harus hidup berdampingan dengan Covid-19”. Tujuan dari Presiden Joko Widodo melakukan New Normal ini adalah untuk tetap produktif di pandemi ini dan mengembalikan ekonomi yang sedang melemah ini.

 

Lantas apakah program New Normal ini menjadi kabar baik untuk mengembalikan ekonomi di Indonesia?

 

Dikutip dari financedetik, Menurut Ekonom Center of Rebform on Economics (CORE) Yusuf Rendy Manilet, hal ini bisa dilakukan tergantung bagaimana kesiapan Indonesia untuk hidup berdampingan dengan virus Corona atau Covid-19 yang kini belum ada vaksinnya.

 

“Memang jika dilihat dari sudut pandang ekonomi, kegiatan lockdown yang terus-menerus ini tentu akan ada dampak buruknya bagi ekonomi sehingga mau tidak mau pemerintah harus mengambil jalan tengah. Dan menurut saya jaln tengah yang harus dilakukan pemerintah saat ini adalah dengan mewacanakan untuk melonggarkan dalam program PSBB” kata Yusuf, Selasa mei 2020.

 

 

Menurutnya  program New Normal di tengah pandemi ini ada positif dan negatifnya. Ada potensi untuk meningkatkan perekonomian, tapi besar kemungkinan risiko peningkatan kasus positif virus Corona. Jika Indonesia sendiri ternyata tidak siap untuk melakukan New Normal, yang ada akan memicu melonjaknya virus corona.

 

World Health Organization (WHO) memberikan syarat yang harus dipenuhi bagi setiap negara yang ingin menerapkan New Normal. Dan yang harus kalian tahu ada perbedaan New Normal yang di konsepkan oleh WHO dan juga Indonesia. Berikut perbedaannya.

 

Konsep atau syarat dari WHO jika ingin menerapkan New Normal :

  • Negara harus mempunyai bukti bahwa transmisi virus corona mampu dikendalikan
  • Negara harus mempunyai kapasistas kesehatan masyarakat yang lengkap dan mampu mengidentifikasi, menguji, mengisolasi, melacak kondak, dan mengkarantina pasien yang terbukti positif.
  • Risiko penularan wabah harus diminimalisir di beberapa wilayah dan tempat dengan kerentanan tinggi. Termasuk di panti jompo, fasilitas kesehatan, dan tempat keramaian.
  • Langkah pencegahan di tempat kerja harus diterapkan mulai dari physical distancing, fasilitas cuci tangan, etika ketika bantuk dan bersin serta protokol pencegahan lainnya.
  • Masyarakat harus dilibatkan untuk memberi masukan, berpendapat, dalam proses masa transisi The Normal.

 

Lalu konsep New Normal yang diterapkan di Indonesia :

  • Tingkat penularan corona Repoductive number (RO) di suatu wilayah harus di bawah 1. Artinya, tidak ada lagi penularan virus corona antarmanusia di suatu wilayah yang ingin menerapkan new normal. Ini dihitung selama 14 hari tidak ada lagi laporan Covid-19.
  • Kesiapan sistem kesehatan. New Normal akan berlaku jika kapasitas dan adaptasi sistem kesehatan di Indonesia sudah mendukung pelayanan Covid-19 yang bukan tidak mungkin akan naik jika Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dilonggarkan.
  • Jumlah test atau suveillance, yaitu kemampuan pemerintah untuk mengetes corona. PSBB bisa dilonggarkan dan New Normal bisa berlau jika pemerintah bisa memenuhi target mengetes dengan kapasitas 10-12 ribu per hari .

 

Kesimpulan dari perbedaan konsep New Normal versi Indonesia dan WHO hampir sama. Akan tetapi, ada beberapa poin yang tidak dimasukkan. Lalu apakah Indonesia bisa menjalankan New Normal?

 

Dilihat dari data dikutip dari kumparan, penularan virus corona di Jakarta yang nantinya akan menerapkan New Normal, sejak perberlakuan PSBB, grafik kasus corona di Jakarta mengalmai naik-turun. Namun, akhir-akhir ini angka pertambahan kasus cenderung positif stabil dan tidak ada lonjakan.

 

 

Dalam sepekan terakhir, rataan pertambahan kasus 90 per hari. Data dalam kurun 20-25 Mei, pertambahan harian kasus corona di Kota Jakarta yaitu 70, 96, 127, 118 dan 67. Sementara jumlah tes Corona di Jakarta juga tertinggi di Indonesia. Rata-rata, 2.600-2.800 tes PCR dan TCM dalam sehari.

 

Untuk RO, kini Jakarta masih di atas angka 1. Artinya, masih ada kemungkinan 1 orang menulari 1 orang lainnya. Data ini harus terus ditekan jika ingin menerapkan program New Normal di Jakarta. Bagaimana dengan tes polymerase chain reaction (PCR)? Uji spesimen corona di Indonesia terpantau masih belum mencapai target yakni 10.000 tes per hari. Tercatat, hanya dua hari pemerintah Indonesia mampu memenuhi target pengujian, yakni pada Selasa (19/5) mencapai 12.276 tes; dan Sabtu (23/5) 10.617 tes spesimen per hari. Sedangkan, per Senin (25/5), uji spesimen kembali mengalami penurunan, yakni 8.391 spesimen.

 

Bagaimanapun, pelonggaran PSBB dengan dalih menerapkan konsep new normal untuk membangkitkan perekonomian harus dilakukan dengan hati-hati. Karena menurut Pandu Riono, ahli epidemiologi sekaligus Staf Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, jika masyarakat tidak waspada dan pemerintah tidak berhati-hati dalam mengambil kebijakan, maka tidak menutup kemungkinan akan terjadi pandemi gelombang kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya.

 

 

Untuk pengecekan Covid-19 sendiri sebetulnya dapat dilakukan bagi setiap perusahaan yang masih melakukan aktifitasnya karena Rapid Test Corona sekarang ini sudah bisa dipesan. Akan tetapi, alat ini disarankan digunakan atau didampingin oleh medis. Rapid test itu adalah metode atau alat untuk mendeteksi antibodi, yaitu lgM dan lgG, yang diproduksi oleh tubuh untuk melawan virus Corona. Antibodi ini akan dibentuk oleh tubuh bila ada paparan virus Corona.

 

Untuk pemesanan Rapid Test Corona bisa langsung mengirimkan email ke sales@alatuji.com atu bisa langsung menghubungi ke tlp 021 8690 6777.




Produk Terkait dengan artikel Apa Itu New Normal? Apakah Indonesia Siap?


 


NEWSLETTER

 

TESTIMONIALS

B2TKS

B2TKS
Sangat jarang perusahaan seperti ini di Indonesia!  Mereka terus-menerus mengikuti perkembangan inovasi engineering test & measurement, “nyambung” berdiskusi teknis dan berpengalaman, memiliki visi pengembangan teknologi pengukuran, pengujian, inspeksi dan monitoring.(Dr.-Ing. Ir. May Isnan - NDT Specialist B2TKS-BPPT)

Chevron

Chevron
Tim kerja Alat Uji dapat diandalkan. Sangat bagus dalam implementasi di lapangan. Secara umum kami puas dengan services nya!(Andre - HSE Chevron)

BPPT

BPPT
Saya baru sekali ini bertemu perusahaan engineering yang eksis seperti ini di Indonesia.  Sangat terbantu dengan solusi yang diberikan, sangat memuaskan!(Muksin Saleh, ST., MT - Fuel Conversion and Pollution Control Specialist, B2TE - BPPT)

BALITBANG

BALITBANG
Sistem monitoring yang disuplai oleh Alat Uji adalah yang tertinggi ratingnya sampai dengan saat ini dibandingkan sistem lain yang pernah kami miliki, Dengan sistem monitoring dari Alat Uji, Pengujian kami jadi lebih terkontrol karena ada visualisasi di sistemnya. (Gatot Sukmara - Badan Penelitian dan Pengembangan, Departemen Pekerjaan Umum)

 
Alat Uji Alat Uji Alat Uji Alat Uji Alat Uji Alat Uji