• sales@alatuji.com

     

  • 021 8690 6777
    021 8690 6770
  • 0812 9595 7914 (Mr. Parmin)
    0813 1066 1358 (Ms. Eki)
    0812 8333 5497 (Mr. Muslim)
  • 0812 1248 2471 (Mr. Alfin)
    0819 4401 4959 (Mr. Arya)

Keren! RI Rancang Pesawat Baling-baling Komersial Terbesar di Dunia

Senin, 29 April 2024

Pengembangan pesawat terbang di Indonesia kembali bergairah pasca tertidur lama. Industri pesawat terbang nasional sempat mati suri pasca dihentikannya program pesawat baling-baling N250 dan pesawat mesin jet N2130 saat krisis ekonomi 1998.  Kemudian pada tahun 2000-an muncul ide mengembangkan pesawat perintis bermesin turboprop N219. Pengembangan pesawat ternyata tidak berhenti di N219. Kali ini, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) mengusulkan pengembangan pesawat komersial atau penumpang baling-baling (propeller) terbesar di dunia. Pesawat yang bernama N2140 ini, nantinya mampu membawa 144 penumpang. "Kita dapat ide dari pesawat A400 M yang memiliki baling-baling besar. Ini nggak masuk ke pasar jet. Kita kembangkan pesawat yang cocok dengan kondisi Indonesia," kata Kepala Program Pesawat Terbang LAPAN Agus Aribowo di Pusat Teknologi Penerbangan LAPAN, Bogor, Jawa Barat, Jumat (28/11/2014). A400 M merupakan pesawat angkut militer atau cargo berbadan lebar yang diciptakan oleh Airbus Military. Pengembangan N2140 nantinya akan memakai mesin EuroProp. Ini merupakan mesin terbaru, setelahturboprop, untuk kelas propeller.  Meski bukan mesin jet, EuroProp memiliki kemampuan layaknya mesin pesawat jet. Daya jangkau pesawat ini menyerupai daya jelajah pesawat sekelas Boeing 737 hingga Airbus A320. "EuroProp bisa masuk transonic. Kalau Boeing (Boeing 737) kecepatan 0,78 mach (kecepatan suara), kalau EuroProp 0,7 mach. Ini nggak beda jauh," jelasnya.

 

Keunggulan pesawat N2140 daripada pesawat bermesin jet sekelas Airbus 320 dan Boeing 737 ialah konsumsi bahan bakar. Pesawat baling-baling ini hemat dalam pemakaian BBM sekitar 20-25% daripada pesawat jet.  Keunggulan sangat bermanfaat bagi maskapai komersial karena selama ini menerima hantaman tingginya biaya avtur. Harga avtur sendiri menyumbang komposisi sekitar 60% dari biaya di industri penerbangan.  Selain hemat BBM, pesawat N2140 bisa mendarat atau terbang di landasan lebih pendek daripada pesawat jet dengan ukuran serupa. Selain itu, LAPAN merancang kondisi suara atau tingkat kebisingan di dalam kabin pesawat yang sangat rendah meskipun pesawat tidak memakai mesin jet. "Ini pakai noise active control. Jadi suara engine dikombinasikan dengan suara di dalam cabin agar bisa menghilangkan resonansi sehingga tingkat kebisingan menjadi lemah,” papar Agus.

 

Pesawat ini pun memiliki satu tachometer untuk setiap mesin. Dalam pesawat yang menggunakan baling-baling, tachometer juga dibutuhkan untuk setiap baling-baling. Sebuah mesin pesawat biasanya beroperasi pada RPM lebih tinggi dari baling-balingnya. Dengan menggunakan tachometer terpisah untuk bagian-bagian yang berbeda, pilot pesawat atau awak dapat mengetahui apakah ada masalah dengan bagian tertentu.

 

Pesawat terbesar ini pun telah melalui tes uji ketebalan pada material mesinnya. Hal ini dilakukan demi menjaga keamanan kondisi mesin ketika telah over heat tidak meledak. Adalah Ultrasonic Thickness bekerja mengukur ketebalan bahan yang digunakan untuk membuat rangka maupun badan pesawat luar angkasa tersebut, agar ketika lepas landas pesawat tidak mengalami kendala/masalah yang menyebabkan kejadian seperti diatas.

 

Pengembangan N2140 merupakan bagian dari loncatan program N219. Konsep awal setelah N219, LAPAN dan PT Dirgantara Indonesia (Persero) akan mengembangkan pesawat N245 dan N270.  Khusus program N270, pengembangannya diubah karena ada program pengembangan pesawat R80 atau pesawat berpenumpang 80 orang yang memiliki pasar sejenis. Ahasil LAPAN mencari jalan keluar sehingga lahirnya konsep pesawat propeller angkutan penumpang berbadan lebar terbesar pertama di dunia. Pesaing pesawat tipe propeller, ATR, sama sekali belum memiliki rencana untuk mengembangkan pesawat baling-baling penerbangan sipil di atas 100 penumpang.

 

"Kita nggak masuk di kelas jet. Kita main propeller yang terbaru dan belum ada yang masuk. Kalau ATR nggak main ke sana,' ujarnya. Program N2140 nantinya akan diusulkan kepada pemerintah untuk memperoleh dukungan pendanaan. Pesawat N2140 akan masuk program 15 tahun atau jangka panjang dari LAPAN. Setidaknya untuk membiayai program pengembangan hingga proses sertifikasi N2140, diperlukan dukungan pendanaan di atas Rp 1 triliun. "Kita planning 15 tahun sehingga bisa diproduksi rencananya tahun 2030 atau pemerintah ingin 10 tahun. Ini juga bisa karena sudah dibuktikan oleh PT DI yang sanggup 10 tahun waktu pengembangan N250," kata Agus.




Produk Terkait dengan artikel Keren! RI Rancang Pesawat Baling-baling Komersial Terbesar di Dunia


 


NEWSLETTER

 

TESTIMONIALS

B2TKS

B2TKS
Sangat jarang perusahaan seperti ini di Indonesia!  Mereka terus-menerus mengikuti perkembangan inovasi engineering test & measurement, “nyambung” berdiskusi teknis dan berpengalaman, memiliki visi pengembangan teknologi pengukuran, pengujian, inspeksi dan monitoring.(Dr.-Ing. Ir. May Isnan - NDT Specialist B2TKS-BPPT)

Chevron

Chevron
Tim kerja Alat Uji dapat diandalkan. Sangat bagus dalam implementasi di lapangan. Secara umum kami puas dengan services nya!(Andre - HSE Chevron)

BPPT

BPPT
Saya baru sekali ini bertemu perusahaan engineering yang eksis seperti ini di Indonesia.  Sangat terbantu dengan solusi yang diberikan, sangat memuaskan!(Muksin Saleh, ST., MT - Fuel Conversion and Pollution Control Specialist, B2TE - BPPT)

BALITBANG

BALITBANG
Sistem monitoring yang disuplai oleh Alat Uji adalah yang tertinggi ratingnya sampai dengan saat ini dibandingkan sistem lain yang pernah kami miliki, Dengan sistem monitoring dari Alat Uji, Pengujian kami jadi lebih terkontrol karena ada visualisasi di sistemnya. (Gatot Sukmara - Badan Penelitian dan Pengembangan, Departemen Pekerjaan Umum)

 
Alat Uji Alat Uji Alat Uji Alat Uji Alat Uji Alat Uji