• sales@alatuji.com

     

  • 021 8690 6777
    021 8690 6770
  • 0812 9595 7914 (Mr. Parmin)
    0813 1066 1358 (Ms. Eki)
    0812 8333 5497 (Mr. Muslim)
  • 0812 1248 2471 (Mr. Alfin)
    0819 4401 4959 (Mr. Arya)

Perkiraan Penyebab Jatuhnya Sukhoi di Gunung Salak, Jawa Barat

Selasa, 23 April 2024

JAKARTA–Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (Lapan) menyatakan saat Sukhoi Superjet 100 menabrak tebing Gunung Salak tanggal 9 Mei pukul 14.33 WIB, gunung tersebut sedang diliputi awan Cumulonimbus menjulang setinggi 37.000 kaki (11,1 km).


“Logika sederhananya, pilot akan mencari jalan keluar yang paling aman. Namun menaikkan pesawat untuk mengatasi awan mungkin dianggap terlalu tinggi, dari 10.000 kaki harus terbang melebihi 37.000 kaki. Karena itu, pilihannya hanya mencari jalan ke kanan, kiri, atau bawah,” kata Deputi Sains, Pengkajian, dan Informasi Kedirgantaraan Lapan Thomas Djamaluddin, ketika dihubungi dari Jakarta, Sabtu.


Karena itu, ia menjelaskan, pilihan minta izin menurunkan pesawat ke ketinggian 6.000 kaki mungkin didasarkan pada pertimbangan bahwa ada sedikit celah yang terlihat di bawah, tetapi terlambat memperhitungkan risiko yang lebih fatal dengan topografi yang bergunung-gunung.
Ia menguraikan, data MTSAT menunjukkan sekitar waktu kejadian, awan di sekitar Gunung Salak memang tampak sangat rapat dengan liputan awan lebih dari 70 persen.


Analisis indeks konveksi yang bisa menggambarkan ketinggian awan juga menunjukkan indeks sekitar 30 yang bermakna adanya awan Cb (Cumulonimbus) yang menjulang tinggi sampai sekitar 37.000 kaki (11,1 kilometer).


Data satelit itu, tambahnya, memberi gambaran bahwa saat kejadian, pesawat dikepung awan tebal yang menjulang tinggi. Pada saat sebelum jatuh itu, diinformasikan pesawat turun dari ketinggian 10.000 kaki (3 kilometer) ke 6.000 kaki (1,8 kilometer), padahal tinggi gunung Salak sekitar 2,2 km.


Namun analisis ini, tegasnya, hanya berdasarkan data satelit cuaca, sekadar untuk memberi jawaban sementara berdasarkan data, bukan berdasarkan spekulasi yang tak berdasar. Data tersebut biasanya menggunakan instrument perekam data cuaca seperti weather station.


“Analisis komprehensif tentang faktor lainnya tentu kita nantikan dari analisis rekamanan penerbangan oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), walau tentu saja faktor cuaca tetap tak dapat dikesampingkan,” kata Djamal.


Faktor cuaca memang tidak dapat dianggap enteng karena komponen cuaca seperti awan, kecepatan angin dan curah hujan yang biasa direkam dengan instrument weather station dapat menjadi sebab kecelakaan transportasi di Indonesia.


Sementara itu, mantan Kepala Unit Pelaksana Teknis Hujan Buatan BPPT Syamsul Bahri yang ditemui mengatakan, saat berada di dalam kepungan awan seorang pilot memiliki risiko yang tinggi untuk tiba-tiba naik atau tiba-tiba turun.


“Karena itulah, setiap pilot selalu menghindari awan untuk menghindari risiko ini dengan terbang jauh di atas liputan awan. Namun mungkin si pilot belum menguasai medan yang berat ini,” kata Kepala Biro Perencanaan BPPT yang berpengalaman menerbangkan pesawat untuk layanan modifikasi cuaca itu.


sumber & disadur dari : http://www.solopos.com/2012/channel/nasional/tragedi-sukhoi-ini-dia-perkiraan-penyebab-jatuhnya-versi-lapan-185324




Produk Terkait dengan artikel Perkiraan Penyebab Jatuhnya Sukhoi di Gunung Salak, Jawa Barat


 


NEWSLETTER

 

TESTIMONIALS

B2TKS

B2TKS
Sangat jarang perusahaan seperti ini di Indonesia!  Mereka terus-menerus mengikuti perkembangan inovasi engineering test & measurement, “nyambung” berdiskusi teknis dan berpengalaman, memiliki visi pengembangan teknologi pengukuran, pengujian, inspeksi dan monitoring.(Dr.-Ing. Ir. May Isnan - NDT Specialist B2TKS-BPPT)

Chevron

Chevron
Tim kerja Alat Uji dapat diandalkan. Sangat bagus dalam implementasi di lapangan. Secara umum kami puas dengan services nya!(Andre - HSE Chevron)

BPPT

BPPT
Saya baru sekali ini bertemu perusahaan engineering yang eksis seperti ini di Indonesia.  Sangat terbantu dengan solusi yang diberikan, sangat memuaskan!(Muksin Saleh, ST., MT - Fuel Conversion and Pollution Control Specialist, B2TE - BPPT)

BALITBANG

BALITBANG
Sistem monitoring yang disuplai oleh Alat Uji adalah yang tertinggi ratingnya sampai dengan saat ini dibandingkan sistem lain yang pernah kami miliki, Dengan sistem monitoring dari Alat Uji, Pengujian kami jadi lebih terkontrol karena ada visualisasi di sistemnya. (Gatot Sukmara - Badan Penelitian dan Pengembangan, Departemen Pekerjaan Umum)

 
Alat Uji Alat Uji Alat Uji Alat Uji Alat Uji Alat Uji