Team Alatuji PT Taharica melakukan instalasi water level HOBO U20 di PT Rezeki Kencana Pontianak. Instalasi water level HOBO U20 di PT Rezeki Kencana Pontianak bertujuan untuk melakukan pengukuran ketinggian air pada lahan gambut menggunakan water level U20.
Seperti yang kita ketahui, Kalimantan Barat belum lama ini mengalami musibah yakni terbakarnya lahan gambut seluas 27 hektar. Lahan gambut seluas 27 hektare yang terbakar tersebut, menyebar di Kecamatan Pontianak Tenggara, Utara dan Selatan. Ketiga kawasan tersebut memang langganan setiap tahunnya terjadi kebakaran karena lahan gambut.
Restorasi Gambut di Kalimantan Barat
Badan Restorasi Gambut (BRG) akan merestorasi kawasan gambut di empat wilayah Kesatuan Hidrologis Gambut (KHG) di Kalimantan Barat, Restorasi tersebut ditujukan untuk mengembalikan atau memulihkan kembali lahan gambut yang terbakar.
BRG menekankan aturan hukum terhadap pengelolaan lahan gambut. Gambut kedalaman lebih tiga meter, masuk gambut konservasi. Tahun lalu, 50 hingga 60 juta orang terimbas bencana asap, 20 orang meninggal. “Bahkan, kerugian negara mengoreksi pertumbuhan ekonomi 0,5 persen, artinya 0,5 persen mengalami penurunan menurut survei Menkopolhukam,” ujar Nazir.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2016 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Gambut disebutkan, tinggi muka air gambut 0,4 meter. Aturan ini menyebabkan korporasi mengajukan keberatan. Namun BRG memastikan bahwa aturan tersebut tidak merugikan.
Konservasi dan Pemanfaatan Lahan Gambut
Di banyak area di Indonesia, ada rencana untuk mengubah sebagian besar lahan gambut menjadi perkebunan dan lahan hutan tanaman industri. Ketika lahan gambut dipergunakan untuk keperluan tersebut maka air harus dikeringkan, pepohonan alami yang tumbuh di atas lahan itu harus ditebang dan gambut harus digali karena untuk tanaman Kelapa Sawit, gambut yang tebal akan menyebabkan pohon mudah tumbang.
Proses ini menyebabkan banyak karbon dilepaskan ke atmosfer dan memperburuk dampak perubahan iklim. Lebih-lebih lagi bila pembukaan lahan baru dilakukan dengan cara membakar agar bisa cepat ditanami dan biayanya relatif lebih murah.
Gambut merupakan bahan organik yang mengalami dekomposisi tidak sempurna, ketebalan lapisan bahan organik itu minimal 50 cm bahkan dapat mencapai kedalaman lebih dari 10 meter. Ketika musim kemarau, permukaan lahan gambut itu terbakar atau sengaja dibakar maka api menjalar ke bawah permukaan tanah dan sulit dideteksi, serta menimbulkan asap tebal. Lahan gambut yang terbakar sulit dipadamkan sehingga berlangsung lama. Api yang membakar lahan gambut baru bisa mati total setelah adanya hujan yang intensif.
Beberapa kelompok berpendapat lahan gambut dapat dimanfaatkan dengan merubah ekosistemnya: air yang menggenang dialirkan (kanalisasi), pH tanah (3,5 – 4,0) yang memiliki keasaman tinggi diolah ditingkatkan mendekati pH 7, lalu lahan tersebut ditanami dengan Kelapa Sawit atau menjadi lahan Hutan Tanaman Industri (HTI) yang mana ini berarti harus ada proses land clearing. Proses ini dapat menyebabkan banyak karbon terlepas ke atmosfir dan mempengaruhi rumah kaca, mempengaruhi cuaca dan iklim global.
Perlunya Pembangunan Berbasis Lingkungan Hidup
Kedua kelompok pemikiran para ahli ini harus diakomodir oleh pemerintah, pembangunan berbasis lingkungan hidup harus menjadi prioritas utama bagi daerah-daerah yang memiliki lahan gambut yang luas. Tidak ada pilihan lain, pembangunan berbasis ekosistem yang ada harus dijalankan guna menghindari kerusakan lingkungan yang lebih parah, berdampak perubahan iklim dan perubahan pola cuaca yang berpotensi menimbulkan bencana yang lebih besar lagi. Mengapa lahan gambut begitu mudah terbakar? Karena kita masih separoh hati mengelola dan menata lingkungan hidup kita.
Pembangunan berbasis lingkungan hidup juga dibutuhkan di seluruh daerah di Indonesia. Masalah lingkungan hidup kita bukan cuma soal kebakaran hutan, tetapi juga mencakup: amdal, kerusakan berat di area konsesi tambang, pembangunan dan perluasan kota, sungai-sungai besar yang kian mendangkal, hingga mengamankan ketersedian air dalam tanah yang kian mengkhawatirkan.
Mengantisipasi perkembangan ke depan, diperlukan keberadaan Kementrian Lingkungan Hidup yang berdiri sendiri, bukan cuma sebuah Kementrian Negara. Tugas-tugas yang maha berat itu membutuhkan kordinasi dengan banyak departemen: pertanian, kehutanan, perindustrian, pekerjaan umum dan perumahan rakyat.
HOBO Water Level Data Logger
Tak hanya itu, kemarau yang panjang juga sering kali menyebabkan kebakaran pada lahan gambut dikarenakan gambut yang kering. Namun, kebakaran bisa kita cegah dengan cara mendeteksi lahan lahan gambut yang sudah kering dengan menggunakan water level data logger. Alat uji merupakan distributor tunggal HOBO di Indonesia yang menjual berbagai alat pengujian dan salah satunya adalah water level data logger untuk pengukuran ketinggian air pada lahan gambut.
Dengan pengukuran ini, kita dapat mendeteksi dan mengetahui kekeringan pada lahan gambut sejak dini dengan alat pengujian tersebut. Jika anda tertarik untuk memesan alat pengujian tersebut. Anda bisa langsung chat online kami di menu pojok kanan bawah atau
KUNJUNGI KAMI DI
Jl. Radin Inten II No. 62 Duren Sawit – Jakarta 13440
Telp. +62-21 8690 6777 | Fax. 021 8690 6770
Phone.0816 1740 8925 | 0812 8006 9024 | 0812 9595 7914
Whatsapp. 0813 1066 1358 | 0812 9595 7914
Bantuan cepat via email : sales@alatuji.com
Website : www.alatuji.com